18 Maret 2014

Asuransi Pendidikan


Pendidikan anak

Dear orang tua,

Masih sangat segar ingatanku bagaimana orang tua berjuang untuk bisa menyekolahkan aku hingga ke sekolah menengah. Kisah nyata, bagaimana pentingnya pendidikan dan sangat pentingnya menyiapkan pendanaan yang cukup agar apa yang di cita-citakan bisa tercapai hingga anak mendapatkan pendidikan yang layak

Lahir di sebuah sebuah Dusun Suber Agung, Desa Semen, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur. 32 tahun lalu desa kami belum di aliri listrik dan pernah merasakan belajar dengan lampu petromak alias botol yang diberi sumbu dengan minyak tanah. Karena lagi asik belajar dan kepala lebih dekat dengan lampu maka kreeteeekkkk....beberapa rambut terbakar.

Setelah listrik masuk, kehidupan terasa sangat berbeda karena tidak akan ada lagi rambut terbakar karena lampu petromak dan pencahayaan yang lebih bagus. Belajarpun lebih nyaman. Ketika mulai masuk sekolah menegah pertama, harus pergi ke Kecamatan Paron baru ada sekolah disana. Jaraknya sekitar 8 KM dari rumah. Setiap pagi berangkat ke sekolah jam 6.15 menit dengan sepeda bisa ditempuh sekitar 30 menit, tentu jalannya berkerikil karena belum diaspal.


Satu setengah tahun berjalan, suatu kejadian besar yang menimpa selama sekolah tingkat pertama tersebut. Ketika pulang sekolah naik sepeda beramai seperti biasa. Beberapa ratus meter meninggalkan sekolah, tiba-tiba ada anak sekolah yang menyalip dari sebelah kanan. Naasnya stang sepeda dia menyenggol sepeda aku dan dubrakkk.....beberapa orang terjatuh termasuk aku.

Setelah kejadian itu sempat berfikir untuk berhenti sekolah dan lebih baik bekerja di sawah aja akan dapat 'bawon' atau imbalan padi setiap harinya. Sempat membolos hingga seminggu atas kejadian tersebut karena trauma. Namun, kedua kakakku memberikan motivasi agar terus melanjutkan sekolah hingga lulus.

Akhirnya aku mau melanjutkan sekolah namun aku punya syarat yaitu tidak mau lagi naik sepeda ke sekolah namun harus naik bis setiap harinya. Waktu itu naik bus dari sekali berangkat Rp. 150 jadi pulang pergi cukup dengan Rp 300 dan uang jajan Rp. 200. Total yang orang tua siapkan waktu itu Rp. 500/ hari selama 1, 5 tahun. Namun, ternyata waktu itu menyiapkan uang Rp. 500 tidak mudah. Aku sendiri melihat orang tuaku rela menjual beras satu batok (dari kulit kelapa, kira-kira beratnya 1 kg) dengan harga 1,500. Uang tersebut untuk bisa meneruskan uang naik bis dan jajan beberapa hari.

Meski harus menjual beras untuk biaya anaknya sekolah, mereka tidak pernah mengeluh sedikitpun. Mereka rela makan tiwul (terbuat dari tebung ubi kayu) demi bisa menyisihkan uang untuk biaya sekolah aku. Dengan keterbatasan kemampuan keuangan, akhirnya bisa menyekolahkan hingga lulus.

Perjuangan tersebut terasa didepan mata pada saat ini. Bagaiamana kemarin aku yang merasakan bagaimana rasanya sekolah dan tidak pernah memikirkan bagaimana mendapatkan uang untuk biaya sekolah. Sekarang, aku menjadi orang tua. Salah satu tugas orang tua adalah memberikan makanan, pakaian, tempat tinggal dan pendidikan yang layak.

Dari pengalaman sendiri, tentu aku ingin seperti orang tuaku yang berjuang menyekolahkan anaknya hingga batas kemampuannya. Namun saat ini, aku harus mempunyai persiapan yang lebih untuk bisa menyekolahkan anaku hingga dia akan mendapatkan pendidikan yang layak. Asuransi pendidikan adalah solusi yang bijaksana dalam mengatur keuangan anak agar kelak tidak dia bisa mendapatkan pendidikan yang layak, minimal sejajar dengan orang tuanya.

Untuk kedua orang tuaku bapak Sukarno dan ibu Tukinem, ucapan terima kasih yang tidak terhingga sudah mengajarkan bagaimana perjuangan hidup dan bekerja tanpa pamrih agar anakmu ini bisa mendapatkan pendidikan yang layak.Yang bisa berguna buat kedua orang tuanya, keluarga dan orang disekitarnya Amin.






Tidak ada komentar: