23 November 2012

MENULIS dan BERKOMUNIKASI

Salah satu sara mendistribusikan emosi adalah dengan menulis di blog pribadi ini. Terkadang inspirasi ini muncul dan mulai jari jemariku menekan keyped lalu terus menulis.

sebagian orang kesulitan untuk memulai menulis blog atau hanya sekedar cerita pendek, padahal tiap hari menulis up date status, coment, dan lainnya. Bila itu terjadi semestinya kita bisa memulai menulis untuk mendistribusikan emosi yang ada. Sebagian menulis sebagai sarana distribusi emosi namun sebagian yang lain mempunyai cara lain.

Sudah beberapa tahun ini, aku tidak ketemu dengan kawan-kawan lama. Sedikit banyak sudah pasti banyak berubah, dari hal pekerjaan, status hingga cara komunikasi. Seperti halnya aku sendiri, ketika itu aku adalah pribadi yang pendiam dan terkadang menjawab omongan lawan bicara tidak nyambung. Meski pernah mengikuti mata pelajaran komunikasi tapi ternyat aplikasi dilapangan tidaklah mudah dan terkadang hal-hal yang sedikit nakal bisa menjadi pemanis dalam komunikasi.

Saat ini aku sudah 3 tahun tidak bertemu dan ketika aku berkomunikasi, mereka memberakikan banyak input salah satunya perubahan perilaku. Aku bilang, aku tidak berubah perilakunya hanya gaya komunikasi saja yang berubah. Dahulu pendiam tapi saat ini banyak ngomong dan lebih cap cus..... karena di dunia pemasaran, gaya komunikasi adalah hal penting dan gaya komunikasi adalah hal bisa dilakukan oleh siapa saja asal mau belajar.


14 November 2012

PULAU KETAWAI

TRIO WEK2

BERANGKAT


WELCOME TO KETAWAI ISLAND

 SHOW OFF
BERANGKAT 2


 SHOW 1

PERSIAPAN MAKSI

SHOW 2

SHOW 3




 SENYUM MANIS

 
 AMANDA & IJ@L

 

 
JUMP TOGETHER

07 September 2012

KEPADA KEDUA ORANG TUAKU



Sudah empat tahun ini anakmu tidak pulang, terutama ketika lebaran adalah moment terpenting untuk bisa sungkem dan memohon maaf secara tatap muka. Kadang dalam hati kecilku bilang, apakah aku ini termasuk anak yang tidak berbakti kepada kedua orang tua? 

Disini aku sedang bekerja untuk mencari nafkah bagi istri dan anak. Mungkin tidak banyak menabung dan belum cukup untuk bisa nengok kedua orang tuaku. Dilain sisi, aku sangat sulit untuk bisa mengambil cuti langsung seminggu dari tempat kerja. Setiap lebaran, aku hanya bisa bersilaturomi via telephone dan tidak bisa bertatap muka secara langsung. 

Namun demikian, banyak hal yang bisa aku syukuri. Salah satunya adalah kedua orang tuaku dalam keadaan sehat wal’afiat. Serta masih bisa bekerja untuk mencari kebahagiaan serta ‘ngemong’ cucu-cucunya.  Dalam tulisan ini, aku harap bisa menjadi bagian dari apa yang aku rasa dan mendoa’akan agar Allah menyayangi kedua orang tuaku seperti mereka menyanyangiku ketika aku kecil.  Ketika aku  kecil orang tuaku tidak pernah menyerah mengajariku untuk berdiri, berjalan, berbicara serta berjuang untuk anaknya. Ibu, sangat jelas didepan mata bagaimana engkau mengajari aku untuk bangun pagi-pagi hari, bekerja keras di sawah, pantang menyerah, orang yang ulet,  rela bekerja hingga keluar desa, bahkan mencari kayu bakar di hutan untuk bisa menyisipkan uang untuk bisa membayar ssp. Engkau juga mengajariku bagaimana aku berbicara sopan, persuasife, tidak menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan  masalah.  

Bapak dan Ibu, maafkan putramu ini. Saat ini belum bisa pulang kampung dan dengan ini putramu, menantu, cucu serta keluarga dari Palembang memohon maaf atas segala salah, khilaf, kelalaian dan kepada Allah kami memohon ampun.


                                                                                                                                                          

02 September 2012

garuda

Lambang Negara menjadi tutup tempat sampah.

Foto diambil tanggal 29 Agustus 2012 jam 18.15.
Lokasi: Simpang semambung, Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung

26 Agustus 2012

MENULIS

By: Dhe Miran

Sudah beberapa bulan ini aku tidak up date blog aku. Rasanya kangen dan pengen nulis seperti bulan-bulan lalu yang setiap bulan bisa up date 2-4 tulisan. Sekarang, dengan kesibukan saat ini rasa malas mengalahkan kebiasaan yang satu ini, padahal media penulis adalah salah satu media penyalur dari salah satu hobbi aku.

Sepertinya perlu waktu tenang agar bisa memulai lagi apa yang akan aku tulis. Selain itu aku juga sedikit terlupa dengan kebiasaan membaca. Ketika masih bujang, setiap habis gajian di awal bulan aku sempatkan untuk pergi ke toko buku dan membelinya 1-2 buku dan membacanya hingga awal bulan depan. Sangat ironi kebiasaan baik ini sedikit tergerus dan sekarang lebih senang membaca di depan monitor.

Sepertinya perlu waktu beberapa hari untuk memulai kebiasaan menulis dan membaca ini  serta sedikit memaksa meluangkan waktu untuk melakukannya. Mudah-mudahan bisa segera aku mulai.

Ok, sementara itu dulu yang bisa ak tulis. Nanti kalau sudah dapat topik serta semangat menulis pasti aku akan menuangkan dalam bentuk tulisan yang tentunya lebih rapi dan detail.

21 Juli 2012

RENUNGAN RAMADHA


BULAN PUASA
Rasa syukur aku panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan kepadaku. Sudah diberikan kesempatan untuk mengikuti puasa pada bulan Ramadhan kali ini. Bila tahun lalu berpuasa masih sering ketemu dengan keluarga, untuk kesempatan Ramadhan kali ini aku hanya diberikan kesempatan untuk bertemu keluarga pada pertengan puasa.
Seperti anak kost yang lain, disini berbuka dan sahur dengan ala kadarnya dan semuanya serba masakan orang. Kadang asin, kadan hampar kadang terlalu pedas. Sebagai anak kost pasti sudah terbiasa dengan hal tersebut, sangat kontrast ketika dengan keluarga bisa masak sesuai dengan selera dan ketika makan bisa bersama-sama.
Rasa dahaga akan hilang ketika Magrib tiba, dan lebih nikmat ketika berbuka dengan keluarga. Itu sebagian dari indahnya Bulan Ramadhan dimana rasa kekeluargaan sangat terasa. Meski kali ini tidak dengan keluarga, aku harap bisa menjalaninya secara khusuk dan tidak ada yang bolong. Amin.
KEMATIAN
Membaca ini sebagian orang merasa takut dan merasa belum siap padahal kematian adalah hal setiap hari disamping kita, bahkan ada yang bilang bahwa kematian seperti urat nadi. Kematian bisa datang kapan saja tanpa ada ‘permisi’ kepada empunya. Tidak salah bila kita selalu diminta mengingat dengan kematian agar kita selalu rendah hati.
Ada ceria seorang teman melihat kamar tidur aku yang menggunakan sprei dari kain batik. Sepanjang kasur tersebut aku gunakan kain batik agar merasa nyaman dan selalu inget terhadap orang tua. Teman aku bilang, kenapa kamu menggunakan kain batik ini untuk sprei? Kan seperti orang mati beralas kain batik? Aku bilang ini agar aku merasa lebih nyaman dan selalu inget keluarga.  Aneh yach kalau aku tidur diatas kasur bersprei kain batik, tanyaku? Kan kematian itu deket dan yang namanya hidup sudah pasti akan mati hanya waktu saja yang belum tau. Teman aku hanya diam dan berkata, iya kak tapi aku keinget terus aja sama kematian kalau kakak tidur diatas kain batik getu. Aku bilang, kan kematian sudah pasti datang jadi ngga usah takut jadi berbuat baik sebanyak mungkin aja. Temanku hanya tersenyu saja.
Sudah hukum alam dan sudah pasti datang jadi lebih baik kita mempersiapkan bekal dari diri kita, dari hal-hal kecil dan dari sekarang.
Salam

judge

Mas bro, Tuliasan itu bukanlah sebuah pertanyaan namun tulisan tersebut sebenarnya lebih pada me-judge sehingga tidak perlu dibalas. So, aku balas seperlunya sebagai rasa hormat saya terhadapmu.


Sedikit orang yang mempertanyakan sesuatu kenapa ini atau kenapa itu. kenapa tidak nanya what do you want to find our goals? huft..ft

12 Juli 2012

Kunjungan dengan paramount bed

JULI 2012







RSUD PROVINSI, Sungailiat








KELENTENG disalah satu sudut Sungailiat







Pantai Parai 1
Pantai Parai 2








Rs. Arsani, Sungailiat









30 Juni 2012

Basa Basi yang (Sudah) Basi *Berkomentarlah pada Tempatnya '-)

by Gita Kencana Dalimunte on Sunday, June 24, 2012 at 2:29am ·
“Pada dasarnya gue suka melihat photo atau status teman yang terlihat bahagia dengan keluarganya. Tapi kadang untuk berkomen atau sekedar memberi jempol, gue harus menahan diri, karena pengalaman yang sudah-sudah, komen balik dari teman tidak selalu seperti yang  diharapkan.”

Pagi-pagi, bunyi pesan singkat yang panjang dari seorang sahabat membangunkan saya.

Sembari menahan kantuk –karena baru tertidur jam 1 pagi-  saya mengetik balik.”Hahaha, pasti responnya nanti seputar status lajang kita kan,’makanya buruan, apa gak pengen liat keluarga bahagia seperti aku’, ‘ayo kapan lagi’, something like that –lah. Hehehe..gue dah kebal, Sist. Jadikan doa aja komen-komen seperti itu ;-).”

Tidak ada balasan balik. Dan saya pun berniat melanjutkan tidur.

Ini bukan pertama kalinya saya mendapatkan curhat  yang nyaris sama dari orang yang berbeda. Kapok berkomen di FB, karena respon balik yang terjadi malah membuat diri merasa tersudut. Saya pun pernah mengalami hal yang sama. Di dunia nyata malah. Disudutkan seorang teman lama yang dengan bangganya menceritakan kedua anaknya (sampai di  sini saya maklum, mana ada sih orang tua yang tidak bangga dengan anaknya. Saya juga senang melihat dia bahagia kok), kemudian,”bla..bla..bla..”, dan ujung-ujungnya menyerang  dengan kalimat, “...Ngga iri kau melihatku Git, makanya kawin kau, biar dapat anak lucu dan pintar kayak anakku...” Katanya enteng. Seolah tak sadar ada yang keliru dengan ucapannya.

Ouch, ngga suka Kakak diserang kayak gitu, Dek.


Emosi karena mengingat kejadian itu membuat kantuk saya hilang. Ah, kok masih ada ya manusia-manusia yang suka melepaskan omongan tanpa mikir seperti itu. Yang saya ingat respon saat kejadian itu terjadi hanya tersenyum (meski dalam hati mau merepet juga, hehehe).

Seseorang kadang tidak sadar bahwa ucapannya bisa melukai hati orang lain.

SMS lanjutan masuk ketika saya selesai sarapan pagi.

“Dalam hal ini, berolok-olok begitu sama artinya dengan mengolok-olok ketentuan Allah terhadap seseorang. (Nanya) kapan elo married  sama dengan (nanya) kapan elo mati. (Kalimat) makanya cepat-cepat married, sama dengan (mengatakan) cepat-cepat  mati. Hidup, mati dan jodoh, dia sendiri kan tau itu misteri. Sama misterinya dengan kapan elo lahir (atau melahirkan). Bisa jawab nggak.”

Masih ada sisa emosi tersirat dalam SMS-nya.

“Iya sih, mestinya mereka bisa berempati dan sensitif. Kondisi orang kan berbeda-beda. Ada memang orang yang mungkin perlu didorong untuk menikah, atau belum sadar positifnya menikah. Tapi kayak-kayak kita ini kan bukan termasuk yang belum sadar, hehehe.” Saya membaca sekali lagi ketikan sebelum mengirimnya. Terkirim.

Menarik, analogi yang ditulis sahabat saya tadi. Married (jodoh) dan mati adalah sama. Keduanya adalah takdir Allah yang tak seorang pun tahu kapan terjadi. Bedanya, yang satu (kematian) tidak ada orang yang mau cepat-cepat (nyusul), sedangkan yang satu (jodoh) semua mempertanyakan ‘kapan nyusul’ kepada para lajang saat mendapat undangan dari kenalan yang akan menikah. Seolah semudah memanggil becak aja buat nyusul, hehehe.

Meskipun namanya takdir, tak bisa dielakkan jika sudah waktunya, keduanya (kematian dan jodoh) tetap butuh ikhtiar.
Orang cenderung  memberi stigma kepada yang belum menikah atau belum punya anak sebagai orang yang tak berikhtiar. Tidak ingin (menikah), tidak berusaha (cari jodoh), tidak mau repot (urusan anak) dan sebagainya. Dan itu membuat mereka merasa berhak untuk menghakimi orang lain, bahwa itu (yang  ‘tidak-tidak’ tadi) adalah hal yang salah, sehingga perlu diluruskan. Padahal yang belum menikah itu bisa saja sudah berikhtiar, tapi karena belum ketemu jodoh,  atau memilih untuk berpisah karena hal-hal lain. Ada memang yang belum termotivasi untuk menikah sehingga perlu didorong, diingatkan bahwa menikah itu (dalam Islam) wajib bagi yang mampu. Tapi tak sedikit juga yang secara sadar memutuskan untuk tidak menikah (karena tidak tertarik dengan lawan jenis, atau memang memilih untuk selibat). Atau malah ada yang sudah menikah tapi memilih untuk tidak punya anak (kami kayaknya ndak bakalan punya baby say. Ndak siap bawa bayi ke this crazy world – tulis salah seorang sahabat via inbox).

Semua orang punya alasan, pilihan dan akhirnya memutuskan. Dan mestinya kita harus menghormati keputusan itu.

Sama halnya dengan kematian. Bayangkan, bagaimana perasaan kita  jika orang yang kita sayangi meninggal karena sakit, dan orang yang melayat melontarkan tanya,’kenapa sampai meninggal?’ ‘kenapa tidak dibawa berobat ke luar negri saja kemaren?’, ‘kenapa nggak dioperasi?’ dan ‘kenapa-kenapa’- lainnya, yang ngga penting karena mayat sudah terbujur kaku. Terdengar kejam ‘kan? Padahal segala ikhtiar sudah dilakukan semampu kita. Dan sangat mungkin kita punya alasan untuk menjawab pertanyaan ‘kenapa’ mereka. Tapi bukan pada tempatnya juga untuk menjawab semua tanya orang ‘kan? Tidak semua orang perlu tahu jika kita punya niat untuk berobat ke luar negri, tapi tidak ada biaya. Tidak semua orang harus tahu jika operasi tidak dilakukan karena kanker sudah menyebar, misalnya.

Dan mengapa orang tidak bisa menahan diri untuk bertanya hal yang tidak pada tempatnya?

Saya ingat, beberapa tahun yang lalu, ketika akan mengikuti kursus singkat di Melbourne, Australia, saya diharuskan ikut dalam pre departure training selama 3 bulan di Jakarta. Selain memantapkan bahasa Inggris, dalam training tersebut juga diberikan materi seputar budaya di sana. Salah satunya adalah tentang hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh ditanyakan dalam pergaulan. Menanyakan umur, status perkawinan, anak, pandangan politik/partai, agama dari seseorang, adalah hal-hal yang saya ingat sebagai sesuatu yang tidak sopan untuk dilontarkan sebagai bahan basa-basi.  Dan saya pikir, hal yang sama mestinya juga berlaku di Indonesia (dengan tambahan hal ‘berat badan’, hehehe)

 “Begitu dalamnya makna tak menghakimi seorang.” Sambung sahabat saya dalam SMS-nya.

Setuju. Terkadang manusia memang –minjam istilah anak muda sekarang- sotoy (sok tahu) dalam urusan orang lain. Berbagai komentar seperti: “Jadi kapan?” – doakan aja semoga dalam waktu dekat. “Dah isi belum?”- tabung kali ah diisi. “Wah, gak tokcer juga neh suamimu”- pernah belajar Biologi gak sih bahwa pembuahan tidak selalu akan terjadi. ”Makanya, tak usah lah pilih-pilih”- ow, maaf, buatku memilih itu penting dan dianjurkan agama.” Itulah, jangan sibuk (kerja) kali” – ah, kau pun sibuk kali nanya-nanya, heheh...Begitulah, banyak komentar atau pertanyaan klise yang seolah diucapkan dengan penuh empati, tapi nyatanya tidak sensitif dengan perasaan orang lain. Tanggapi santai, senyum, sembari menjawab dalam hati dengan kata-kata seperti yang saya tuliskan dengan huruf miring di atas. Mencoba berbaik sangka bahwa itu tanda perhatian dan pedulinya. Yang nanyain kapan pesta, enaknya diinventarisir saja, dengan asumsi, ‘oh, dia berniat nyumbang tenda, keyboard, catering, atau papan bunga, atau minimal doa’ kali ya? ;-)

Tapi, nah, tidak selamanya juga kita bisa bijak and in the good mood menghadapinya. Jika memang kita sudah tidak bisa mentolerir komentarnya lagi (sakiiiiit hati Kakak, Dek) tak ada salahnya juga becakap supaya dia tahu.  Supaya dia tahu betapa dia telah menghakimi orang dengan tidak adil. Meminjam istilah sahabat saya, “Mengolok-olok ketentuan Allah”. Jika mereka masih merasa ada yang salah dengan takdir (kita), katakan saja itu sudah ranah Allah, kepunyaan Allah. Kalau mau protes, silahkan berurusan dengan yang punya takdir, yaitu Dia, Sang Maha Adil. Sederhana.

 “Begitu  mulianya menjaga diri dari berucap sia-sia. Gue selalu mengembalikan kepada diri sendiri untuk selalu menjaga sikap dan tutur kata, juga berpikir supaya hubungan sesama manusia baik, dan insyallah kebaikan itu akan kembali pada diri kita sendiri.” SMS sahabat saya lagi.

Yah, sembari juga kita mengintrospeksi diri siapa tahu selama ini justru kita yang termasuk orang yang suka cerewet dengan takdir orang lain. Karena di mana pun posisi kita, takdir kita, sebenarnya sudah diajarkan Nya bagaimana menyikapinya.

Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri (QS Al Hadid 22-23)


Dan semoga kita bukan termasuk orang yang suka berkomentar tanpa memberi solusi, dan tak perlu mengucapkan basa basi yang sudah basi. Aamiin. 24.06.12

*Sista, terima kasih untuk SMS-nya yang menginspirasi  ;-)

Sumber dari catatan:  http://www.facebook.com/notes/gita-kencana-dalimunte/basa-basi-yang-sudah-basi-berkomentarlah-pada-tempatnya-/10151776112468306.

25 Juni 2012

KECEWA


Tulisanku ini mewakili apa yang aku rasa saat ini. Sebagai saluran distribusi emosi maka aku menulis dalam blog pribadi ini. Akhir 2009 lalu aku bersama istri sempat pergi ke Bali untuk liburan. Banyak kegiatan yang sudah kita lakukan, seperti berenang, main air dan pasir pantai, snorkling, diving, main musik, berbelanja dan lain sebagainya. Hal ini sangat aku inginkan bisa terulang lagi. 

Awal minggu ini aku beranikan diri untuk cuti akhir tahun 2012 agar bisa ketemu dengan anggota keluarga lainnya disana sekaligu untuk berlibur menghabiskan tahun baru. Mengingat bila karyawan minta liburan pasti susahnya minta ampun dengan alasan bila ditinggal maka kegiatan kantor akan terganggu. Untuk itu aku coba untuk membuat perjalan cuti secara keluarga dengan biaya sehemat mungkin.  Namun aku sangat terkejut, shock ketika permohonan cuti aku di tolak karena alasan ada yang merayakan Natalan, akhir tahun, akhir bulan dan mau tutup buku. Padahal setiap tahun alasan tersebut akan sama dan terus berulang. Bukankan itu bagian dari manajement perusahaan? 

Disetiap perusahaan tentunya mempunyai buku peraturan tentang waktu cuti yang bisa diambil dalam satu bulan, satu semester, atau sekaligus satu tahun. Sangat disayangkan ternyata hal tersebut tidak sepenuhnya masa cuti kita bisa diambil sesuai dengan yang tertulis di buku walaupun buku peraturan tersebut sudah disahkan oleh menteri tenaga kerja. Sangat sulit untuk berlibur padahal hanya meminta hak sebagai karyawan yang sudah disetujui dari pucuk pimpinan lewat buku peraturan. 

Sebagai karyawan yang membutuhkan perusahaan, tentu harus taat dan patuh terhadap peraturan yang ada termasuk bila permohonan cuti tidak disetujui. Alih-alih mencari icentive lebih dan mengharapkan perusahaan lebih growth sehingga bisa mendapatkan bonus akhir tahun. Mungkin lebih enak bila mengajukan cuti itu perempuan yang sedang melahirkan, sudah pasti 3 bulan cutinya....

Begitualah Tuhan memberikan hal yang lebih dibanding dengan laki-laki. Semoga Tuhan memberkati kita semua. Amin.

22 April 2012

Merapi Utama Pharma

Mulai masuk dalam bidang marketing di bidang obat pada Maret 2009. Dengan masuk kerja dibidang ini 180 derajat cara berfikir akupun berubah, dari mind set non profit ke profit dan dituntut untuk terus belajar. Dalam perjalanan pekerjaan banyak yang terpakai ilmu ketika masa kuliah dari pengantar manajemen hingga managemen jasa dan beberapa mata kuliah lainnya yang bersifat khusus dibidang marketing.

Sebelum memulai pekerjaan ini, saya punya ambisi untuk selesai pada level salesman dalam kurun waktu 2 tahun. Dalam waktu dua tahun tersebut cukup untuk belajar tentang perusahaan ( 4 P), strategi penjualan, strategi kompetitor dan mencari pemenang dalam pasar. Namun, dalam perjalannya tidak mudah harapan itu terwujud. Banyak kendala yang merintangi hingga 3 tahun berjalan masih berkutat di salesman.

Tidak aku sesali selama tiga tahun bekerja di bidang farmasi. Disini saya belajar banyak tentang obat, manajemen distribusi, manajemen penjualan, fungsi pengawasan dan tentang collection/ tagihan. Perusahaan akan berjalan lancar bila semua fungsi berjalan secara maksimal dan bersinergi (saling ketergantungan) dan tidak ada egoisme departemen tertentu. Kesaling tergantungan inilah yang membuat saya belajar bagaiman kita bisa menjadi orang yang pro-aktive. Kita belajar untuk memulai memperbaiki dari kita sendiri, mulai dari hal kecil dan memulainya dari sekarang.

Dilain sisi, Saya juga banyak mengenal banyak tempat di kabupaten yang ada di Sumatera Selatan. Mungkin hal ini tidak akan terjadi bila saya tidak bekarja di Merapi Utama Pharma. Sampai saat ini saya menulis, saya sedang di propinsi Bangka Belitung. Disini saya station. Disini dituntut untuk mandiri dari kehidupan harian dan memenajemen kerja karena tidak ada yang mengawasi secara langsung. Saya mempunyai intergritas dalam bekerja dan berusaha untuk bekerja secara profesional meski saya pada level salesman.

Dalam kesempatan ini, saya juga tahu bagaiman beberapa tempat wisata di Bangka yang siapa tahu bisa membuat referensi liburan bagi pembaca. Yuk kita lihat......

Note: Pakaian kerja tapi dilakukan setelah jam kerja.

Lokasi: Pantai Parai

Jarak : 43 KM dari Pusat kota PP

06 April 2012

IKLAN TELEVISI

IKLAN RESTORAN CEPAT SAJI

Bulan Maret ini saya lihat ada dua iklan yang menarik perhatian. Iklan pertama adalah anak laki-laki kecil yang berusia sekitar 5 tahun. Anak ini dalam iklannya yang sedang membantu ibunya membereskan lipatan baju yang sudah kering untuk kemudian di setrika. Setelah selesai melipat baju-bajunya, kemudian ibunya memberikan beberapa koin Rp kepada anaknya. Dan si anakpun menyimpannya dalam saku. Dilain kesempatan masih dengan anak yang sama, membatu bapaknya memcuci mobilnya yang sedang di parkir di carport. Anak tersebut ikut basah-basah dan ikut gelepotan dengan sabun. Lalu bapaknya memberikan beberapa koin lagi kepada anak laki-lakinya. Lalu anaknyapun menyimpan dan mengumpulkan semua koin yang ia dapatkan.

Masih dari iklan tersebut, setelah anak laki-laki kecil tersebut mengumpulkan seluruh koin yang ia dapatkan dari kedua orang tuanya lalu membelanjakan sebuah ice cream di restoran cepat saji. Setelah menerima ice cream yang dibelinya, anak kecil laki-laki tersebut berjalan menghampiri adiknya yang sudah menunggu. Disini kedua anak tersebut makan ice cream berdua yang menyiratkan moment penting yang didapatkan setelah lelah membantu orang tuanya dan waktunya makan ice cream.

Iklan tersebut ingin mengarahkan bahwa moment penting itu bisa didapatkan dengan belanja makanan dari sebuat restoran cepat saji meski didapatkan dari membantu kedua orang tuanya. Saya secara pribadi berpandangan berbeda tentang iklan tersebut. Iklan tersebut secara tidak langsung memperkenalkan dan membujuk anak agar membelanjakan ice cream dari Rupiah yang dia kumpulkan meskipun itu dalam bentuk koin. Bila anak saya rajin membantu orang tuanya lalu memberikan beberapa koin sebagai penyemangat anak agar dia mau membantu orang tuanya dan koin- koin yang dia kumpulkan agar tidak untuk belanja ice cream di restoran cepat saji, namun memberikan pengarahan agar anak bisa menabung untuk masa depannya.

IKLAN SOFT DRINK, PEPSI


Iklan ini tayang pada bulan maret 2012 juga. Pada tayangan iklan ini memperlihatakan tentang tim sepak bola yang bermain di kelas internasional. Tanyangan ini memperlihatkan bagaimana pemain (diperankan) sepak bola seperti Cristian Ronaldo dan pemain sepak bola lainnya ada lengkap dengan no punggunggnya. Dalam permainnya ini dilihat oleh kelompok berbadan gemuk dan tinggi. Tidak lain dan tidak bukan, yang melihat permainan sepak bola tersebut adalah orang Jepang yang sering bermain sumo. Pemain sumo banyak menyiratkan adu otot, berbadan besar, berat badan lebih dari orang biasa dan tidak bisa berlari secara cepat.

Setelah melihat permainan sepak bola tersebut, kelompok orang Jepang ini lalu masuk dan menantang pemain elit untuk bermain sepak bola dan bisa mengalahkannya. Pemain elit sepak bola tersebut dengan senyum sinis menerima tantangan orang gemuk dari Jepang tersebut. Lalu permainan sepak bolapun dimulai. Dengan percaya diri dan lincahnya orang gemuk dari Jepang tersebut berlari, melompat dan menendang bola seperti layaknya pemain elit sepak bola. Karena tidak menyangka bakal bermain lincah, akhirnya bola bisa dimasukkan oleh orang gemuk dari Jepang tersebut. Setelah permainan usai, kedua pemain gemuk dari Jepang tersebut meninggalkan lapangan sepak bola sambil memakai baju yang bertulis C. Ronaldo berikut no punggungnya.
Iklan ini memperlihatkan dan ingin menyampaikan pesan kepada para penontonnya bahwa sepak bola adalah jenis oleh raga yang bisa dimainkan oleh setiap orang. Lebih penting lagi adalah ingin menyampaikan bagaimana pentingnya mempunyai rasa percaya diri. Mungkin orang memberi penilaian kita tidak bisa melakukan padahal dengan percaya diri, kita bisa melakukannya bahkan melampaui dari apa yang mereka pikirkan.

Salam

Dj

23 Januari 2012

RUTINITAS

Bulan Januari 2012 ini saya mulai masuk area dalam kota. Banyak hal yang sebelumnya tidak bisa dilakukan saat ini bisa dilakukan. Seperti pada umumnya, ketiak pekerjaan dalam lingkup dalam kota maka hal penting adalah ketemu dengan keluarga setiap hari. Bertemu dengan keluarga adalah hal yang indah dalam hidup ini, terlebih ketika bisa melihat dan membimbing perkembangan si kecil setiap saat.

Hal ini menjadi motivasi tersendiri dalam bekerja terlebih ketika anak mulai mempunyai kebutuhan. Misalnya merencanakan biaya pendidikan anak. Sebagian orang mengabaikan hal ini karena si kecil belum mengenal dunia pendidikan padahal pendidikan si kecil sangatlah penting mulai direncanakan sedini mungkin agar ketika dia kelak besar bisa melanjutkan ke jenjang universitas atau mungkin lebih tinggi.
Kembali pada kegiatan diatas, pekerjaan dalam kota artinya banyak kegiatan yang hari ini dan besok hampir sama karena dilakukan berulang-ulang. Kegiatan ini bisa mengurangi produksi otak kanan. Dimana kegiatan yang bersifat rutin akan sering menggunakan otak kiri. Sebelum lebih lanjut apa aja produktivitas dari otak kiri dan kanan?

Otak kiri pada dasarnya produksi pada kegiatan yang sering dilakukan, misalnya: menghitung, melakukaan pemecahan masalah berdasarkan pengalaman masa lalu, makan, minum dan masih banyak lagi kegiatan yang bersifat rutin.
Otak kanan pada dasarnya produksi pada kegiatan yang tidak sering, misalnya: menggambar, warna, mendengar, melakukan hal yang tidak biasa, berimajinasi, kelompok, komunikasi dengan orang-orang yang baru kenal dan lain sebagainya.

Ketika kita terjebak dalam kegiatan rutin, maka otak kirilah yang akan sering bekerja dan memproduksi. Apa yang kita alami pada masa lalu disimpat dalam otak kiri, dan ketika situasi hampir sama dengan masa lalu maka pemecahannya dengan sendirinya menggunakan masa lalu. Terus bagaimana kita tidak terjebak dengan kegiatan rutin tersebut?

Apabila pekerjaan anda memang rutin dilakukan maka bisa menggunakan beberapa cara agar otak kanan anda tetap prima.

Perubahan

Sedikit perubahan misalnya pada jam keberangkatan anda bekerja. Perubahan kecil ini akan berdampak bagaimana anda melakukannya, misalnya 10 menit lebih cepat dari biasanya. Tentu anda akan melakukan sedikit cepat untuk sarapan, kecepatan yang anda kendaraan bila anda membawa kendaraan pribadi.

Perubahan kecil lainnya adalah membuat rute baru untuk sampai ke tempat kerja. Misalnya lewat jalan A terus ke jalan B lalu C dan sampai ke kantor. Lalu dirubah menjadi lewah jalan A lalu ke jalan D lalu F dan sampai ke kantor.
Bila anda selama ini pergi ke kantor/tempat bekerja hanya sendiri, bagaimana bila sesekali anda ketempat bekerja bersama anggota keluarga? Misalnya anda ke tempat kerja di antarkan oleh suami/istri dan anak anda? Atau anda sesekali bekerja ditemani oleh anda dan mengajaka anak anda untuk bermain diruangan anda bekerja? Selain tidak biasa tentu ini menjadi hal yang istimewa karena perubahan yang anda lakukan.

Perubahan kecil namun berdampak besar sebenarnyanya bisa dilakukan oleh setiapa orang dan dilakukan kapan saja. Masih banyak lagi hal kecil yang biasa anda lakukan dirubah sedikit. Contoh lainnya seragam anda pekerja, gaya rambut, jam anda pulang, cara berinteraksi dengan kawan atau relasi, dan lain sebagainya.
Agar kedua otak kita tetap produktiv maka tidak ada salahnya kita melakukan hal-hal kecil namun mempunyai dampak besar.