26 Februari 2008

CERITA ORANG SUKSES II

Saya senang sekali minum teh terlebih bila dikasih gula pasir lokal yang rasanya manis dengan warna coklat dan racikan gula yang pas dengan volume air. Saya dapat minum teh dirumah, diwarung ketika makan siang bahkan di halte ketika sedang menunggu bus. Teh yang sering saya minum adalah teh dalam kemasa boto bermerek Sosro dimana campuran gula dan the serta air yang pas membuat lidah semakin tidak berpindah ketika sedang makan diwarung atau sedang menunggu dihalte.


Kebiasaa minum teh adalah salah satu budaya sejak lama dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Hanya saja sedikit perubahan dalam melakukannya. Bila masa dahulu (mungkin masa kerajaan-kerajaan di pulau Jawa masih ada) teh disajikan dalam keadaan panas dan waktu yang sering adalah pagi hari dan menjamu ketika ada tamu. Dimana pagi hari adalah waktu untuk memulai
aktivitas yang akan dilakukan. Dengan kondisi tanah Indonesia yang berkawasan tropis sangat cocok sekali untuk tumbuhnya teh sehingga semua lapisan masyarakat dapat mudah menemukan teh.

Saat ini, teh tidak hanya di sajikan pada pagi hari atau ketika ada jamuan tamu namun juga dapat disajikan dimana saja bahkan bisa ditemui dipinggir mulut gang kecil sekalipun. Salah satu teh yang dapat ditemui dalam kemasan botol yaitu teh botol Sosro. Untuk yang pertama teh ini didirikan oleh bapak Sosrodjojo pada tahun 1940 di Slawi, Jawa Tengah. Dengan manajemen yang bagus maka perkembangan teh ini sudah merambah keluar Slawi bahwan luar Jawa pada saat ini.

Ide Gila

Melihat budaya Indonesia yang dahulu minum teh pada pagi hari, disajikan dalam keadaan hangat namun sekarang dalam keadaan dingin disajikan dalam keadaan botol adalah keadaan yang kontras. Kontras dari budaya yang ada dizaman dahulu dengan saat ini namun tidak jarang yang menyebut ide gila karena membuat teh dalam botol dan disajikan dalam keadaan dingin.

Ide tetaplah ide dan kehidupan tetap harus jalan dan karena ide tersebut kita bisa melihat betapa besarnya Sosro dalam pasar teh di Indonesia. Sebagai pemimpin pasar teh tentu tidak sedikit rintangan yang dihadapi. Penulis melihat rintangan yang ada dalam pemasaran seperti layaknya pemasaraan dasar saat ini seperti 4 P (product, price, place and promotion). Salah satu contoh yang bisa menjadi handalan adalah place dimana didalamnya terdapat faktor distribrusi. Dengan sistem distribusi yang bagus maka peluang menjadi pemimpin pasar tetap
terbuka lebar.

Pengalaman penulis pernah menemukan kesalahan ‘jati diri’ teh botol Sosro dalam iklan media elektonik khususnya televisi di Indonesia. Pernah produk ini beriklan dengan menggunakan kalimat ‘teh botol sosro’ untuk setiap tayangannya. Akibat dari iklan tersebut pelanggan yang pesan diwarung dengan kalimat ‘teh botol’ maka setiap teh yang dalam kemasan botol (entah itu sosro ataupun merek lain) disebut teh botol. Iklan tersebut tentu berdampak kepada penurunan
penjualan sehingga iklan yang bertujuan membantu penjualan justru membuat penurunan dan lebih gawatnya justru membuat generalisasi teh dalam kemasan botol.

Namun, iklan tersebut cepat direvisi dengan menggunakan kalimat ‘sosro ahlinya teh’. Seperti ‘jati diri’ yang hilang kini ditemukan kembali dan terus berjuang untuk tetap menjadi pemimpin pasar teh di Indonesia. Tidak hanya teh dalam kemasan botol saja yang dapat dijumpai saat ini namun bisa teh dalam kemasan kotak bahkan melakukan diversifikasi produk.

Kisah sukses yang berawal pengambilan salah satu dari budaya Indonesia dan membuat modifikasi yang menyesuaikan keadaan dan terus dinamis yang semakin hari semakin tidak menentu. Kesuksesan merintis usaha dapat dinikmati pada generasi selanjutnya bisa anak atau cucunya.

Source of: Sosro

Tidak ada komentar: