Sudah empat tahun ini anakmu tidak pulang, terutama ketika
lebaran adalah moment terpenting untuk bisa sungkem dan memohon maaf secara
tatap muka. Kadang dalam hati kecilku bilang, apakah aku ini termasuk anak yang
tidak berbakti kepada kedua orang tua?
Disini aku sedang bekerja untuk mencari nafkah bagi istri
dan anak. Mungkin tidak banyak menabung dan belum cukup untuk bisa nengok kedua
orang tuaku. Dilain sisi, aku sangat sulit untuk bisa mengambil cuti langsung
seminggu dari tempat kerja. Setiap lebaran, aku hanya bisa bersilaturomi via
telephone dan tidak bisa bertatap muka secara langsung.
Namun demikian, banyak hal yang bisa aku syukuri. Salah
satunya adalah kedua orang tuaku dalam keadaan sehat wal’afiat. Serta masih
bisa bekerja untuk mencari kebahagiaan serta ‘ngemong’ cucu-cucunya. Dalam tulisan ini, aku harap bisa menjadi
bagian dari apa yang aku rasa dan mendoa’akan agar Allah menyayangi kedua orang
tuaku seperti mereka menyanyangiku ketika aku kecil. Ketika aku
kecil orang tuaku tidak pernah menyerah mengajariku untuk berdiri,
berjalan, berbicara serta berjuang untuk anaknya. Ibu, sangat jelas didepan
mata bagaimana engkau mengajari aku untuk bangun pagi-pagi hari, bekerja keras
di sawah, pantang menyerah, orang yang ulet,
rela bekerja hingga keluar desa, bahkan mencari kayu bakar di hutan
untuk bisa menyisipkan uang untuk bisa membayar ssp. Engkau juga mengajariku
bagaimana aku berbicara sopan, persuasife, tidak menggunakan kekerasan dalam
menyelesaikan masalah.
Bapak dan Ibu, maafkan putramu ini. Saat ini belum bisa
pulang kampung dan dengan ini putramu, menantu, cucu serta keluarga dari
Palembang memohon maaf atas segala salah, khilaf, kelalaian dan kepada Allah
kami memohon ampun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar