Kegiatan menulis ini sedikit
terlupa dalam beberapa bulan ini. Dengan tidak adanya koneksi internet dirumah
sedikit banyak ikut menyumbang rasa malas untuk menulis padahal menulis adalah
salah satu distribusi emosi. Dengan menulis apa yang ingin kita ungkapkan bisa
terpenuhi sehingga apa yang dipendam bisa tersalurkan tanpa harus mengetahui
siapa yang kita ajak untuk membaca. Dengan sering menulis ternyata bisa
memperbaiki bagaimana kita bisa membuat kalimat yang bagus dan merangkainya
menjadi satu paragraf hingga menjadi suatu tulisan yang enak dibaca.
Dengan menulis inilah bisa
belajar untuk memperbaiki terus bagaimana komunikasi yang efektif. Ada teman
yang pernah bicara ‘if you good reader, you will be good writter’. Sepertinya
kalimat tersebut sangat pas bagi pembaca dan bagi penulis. Bagaimana kita bisa
menulis bila kita jarang membaca. Dengan semakin sering kita membaca maka
semakin bagus kita menulis.
Ada cerita teman yang mungkin
bisa jadikan pelajaran kita semua. Kawan saya ini bekerja dibidang marketing
terutama dalam hal mencari pelanggan baru, menjual product serta menjaga
hubungan baik antara perusahaan dengan pelanggan. Dalam hal penjualan hingga
menjaga hubungan baik, saya sudah tidak meragukan lagi karena sudah terbukti
dalam angka maupun dalam waktu selalu teruji. Hal ini menjadi perhatian serius
bagi saya dari bagaimana memperkanalkan diri, mendekatkan dengan pelanggan
hingga bisa menaikkan angka penjualan.
Kawan ini sangat rajin di
lapangan, menggali informasi dari pelanggan dan mencari celah agar product yang
jualnya bisa masuk. Setelah masuk mempertahankan dan bahkan angkanya bisa di
naikkan. Ilmu-ilmu yang didapat dari bangku kuliah diterapkannya dalam
keseharian seperti streng weakness, oppourtunity and treat ada sering disingkat
SWOT. Penting kita mengetahui, memahami teori pemasaran namun lebih penting
dalam aplikasi dunia pekerjaan.
Kembali ke kawan tadi, seiring
dengan jalannya waktu adalah promosi ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam
kesempatan tersebut dibuat seperti layaknya penerimaan karyawan baru dimana
diberikan kesempatan untuk memberikan sekilas latar belakang dan wawancara.
Seperti layaknya penerimaan karyawan baru, dalam wawancara tersebut kawan
memberikan jawaban-jawaban yang pernah dikuasai dilapangan dengan nada low profile
karena bila memperbesar pengalaman bisa terkesan sombong.
Dalam kesempatan wawancara
tersebut kawan ini tidak bisa meyakinkan atas pertanyaan-pertanyaan yang
diberikannya. Ketidak yakinan pewawancara bukanlah pengalaman yang dikuasai
dilapangan tapi gagal dalam mentransformasikan pengalaman yang dikuasainya
kedalam kalimat-kalimat yang lebih bagus, menarik, serta berurutan (pengamatan
masalah, pemecahan, tindakan hingga evaluasi hasil).
Meyakinkan pewawancara saya
ibaratkan seperti meyakinkan pembaca. Yang diwawancarai seperti penulis.
Penulis memberikan ulasan suatu masalah lalu memberikan teori-teori yang
relefan, meyakinkan pembaca dengan memberikan wacana/solusi /jalan keluar
terbaik dari masalah yang ada dengan keyakinan tinggi akan kesuksesan dari
solusi tersebut.
Memang tidak gampang menuangkan
pengalaman dalam tulisan atau dalam kalimat namun hal tersebut bisa kuasai
dengan semakin sering latihan. Jadi, yuk kita latihan......